Minggu, 30 November 2008

Pasar Ngasem





Berkelana ke Pasar Ngasem bisa dikatakan keharusan setelah mengunjungi Kraton Yogyakarta. Selain karena lokasinya yang hanya 400 meter barat Kraton, juga karena pasar ini akan memberikan info penting tentang apa yang dianggap bergengsi di masa kerajaan dahulu. Setelah kuda sebagai alat transportasi dan keris sebagai senjata, burung ada di tempat ketiga sebagai pengukur status sosial. Pasar Ngasem menawarkan berbagai macam burung dengan keindahan kenampakan dan suaranya, serta kegiatan para pecintanya.


Sebuah bukti berupa foto menunjukkan bahwa Pasar Ngasem dengan barang dagangan utamanya berupa burung telah ada sejak tahun 1809. Letaknya yang tak jauh dari Kraton dimaksudkan agar para bangsawan mudah mengaksesnya. Sekitar tahun 1960-an, pasar ini semakin identik dengan burung setelah pedagang burung dari pasar Beringharjo dipindahkan ke tempat ini. Bukan hal mengherankan bila banyak turis menyebut pasar ini dengan bird market karena areal perdagangan burung sepertiga dari luas pasar.

Areal jual beli burung dijumpai dengan berbelok ke kiri dari pintu masuk. Burung perkutut yang dahulu laris dibeli para bangsawan hingga kini masih menjadi salah satu barang dagangan utama pasar ini. Jenis lain yang laris adalah kutilang, kepodang, emprit, prenjak, jalak, dan parkit. Burung yang jarang dibeli namun cukup menarik adalah burung hantu yang anakannya dijual Rp 35.000,-. Salah satu kios burung bahkan menjual burung elang yang kini telah terjual seharga Rp. 350.000,-. Selain binatangnya, kios burung juga menyediakan perlengkapan pemeliharaan seperti kandang dan pakan.

Pasar Ngasem memiliki nuansa berbeda dengan pasar burung lain. Di pasar ini, pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan burung saja, tetapi juga pertunjukan yang digelar oleh para pecinta burung. Misalnya, pertunjukan keahlian burung dara untuk terbang kembali ke kandang dan adu kemerduan suara berbagai macam burung. Dari pertunjukan itulah biasanya ada calon pembeli yang merasa tertarik dan kemudian rela membayar berapa pun harganya. Penjual kadang juga mau mengajari melatih burung agar dapat berkicau atau sekedar bercakap-cakap tentang cara memelihara burung.

Kalau mau berkeliling, anda juga akan mengetahui bahwa Ngasem tak hanya menjual burung, tetapi juga binatang lain. Berbelok ke kanan dari areal penjualan burung, akan dijumpai kios pedagang ular. Menurut penjualnya, ular yang dijualnya langsung ditangkap dari habitatnya. Jenis ular yang dijual mulai dari ular air hingga kobra dan phyton. Bila ingin melihat, penjual akan mengambil peliharaannya agar pembeli dapat melihat detailnya. Selain ular, kios itu juga menjual berbagai reptil seperti iguana dan penyu. Seekor iguana kecil dijual dengan harga Rp 75.000 sementara bila telah besar harganya mencapai ratusan ribu.

Menuju bagian barat pasar, anda akan menjumpai kios yang menawarkan ikan hias. Jenis ikan dan harganya bervariasi. Ikan hias kecil yang suka berkoloni dijual dengan harga Rp. 1000 per ekor. Ikan hias lain yang dijual adalah arwana dan lou han yang dijual seharga ratusan ribu. Perlengkapan pemeliharaan ikan juga banyak dijual. Mulai dari akuarium dengan berbagai bentuk, karang-karangan, tanaman hias untuk akuarium, dan pakan ikan. Beberapa kios juga menyediakan jasa untuk set up pemeliharaan ikan laut.

Selain ikan, burung, dan ular, binatang peliharaan lain yang dijual adalah anjing, kucing, musang, berbagai jenis ayam hingga kelici dengan berbagai warnanya. Salah satu kios juga menjual mencit dengan satu set tempat peliharaannya yang didesain sebagai arena bermain sehingga pembeli dapat menikmati tingkah mencit layaknya sirkus. Di bagian tengah pasar, terdapat pedagang yang menjual jangkrik. Biasanya, jangkrik dibeli para pecinta burung untuk pakan dan anak sekolah yang ingin mendengarkan suaranya.

Kalau lelah atau pun lapar, seperti pasar tradisional lainnya, Ngasem juga menyediakan jajanan pasar. Salah satu jajanan yang khas adalah jenang gempol (terbuat dari bulatan berbahan dasar tepung beras yang berasa gurih dipadu dengan kuah dari santan dan sirup gula jawa yang manis) yang penjualanya bisa dijumpai di bagian depan pasar. Jajanan lain adalah getuk, lupis, thiwul, dan gatot. Di sebelah kios penjual burung juga tersedia warung-warung makan yang menjual soto dan nasi rames. Penjelajahan ke Pasar Ngasem akan menjadi menyenangkan tentunya.

=====================================================================



Wandering about Ngasem market seems like a must after visiting Yogyakarta Sultan Palace. In addition to its location that is only 400 meters west of the Palace, this market will give important information on what was considered prestige in the past. After horses functioning as means of transportation and kris as a weapon, birds comes the third position as social status measurement. Ngasem Market offers various kinds of birds with their beautiful appearance and voice and the activities of the bird lovers there.

Evidence in the form of a photograph shows that Ngasem market with birds as its main commodity has been operating since 1809. Its location that is not far from the Kingdom was meant for the noblemen to access it easily. In around 1960s, this market was increasingly identical to birds when birds sellers from Beringharjo were moved to this place. It is not surprising that many tourists call this market a bird market since the area for selling birds occupies one third of the market width.

The area for birds trading is on the left side of the entrance. The turtledove that many noblemen bought in the past is still one of the main commodities of this market. Other best sellers are bulbuls, orioles, starlings and minas, parakeet and small local birds such as emprit and prenjak. An interesting bird that people rarely buy is owl of which child is sold at 35,000 Rupiah. One of the bird shops had even recently sold an eagle at 350,000 Rupiah. Besides selling birds, the shops also provide care equipments such as cage and feeds.

Ngasem Market has different nuance from other bird market. Here, visitors do not only enjoy the birds beauty but also animal show performed by birds lovers, for example demonstration of doves that return to its cage from distant flight and birds chirp contest. Sometimes, the visitors decided to spend some amount of money to buy birds by listening to the chirp in the contest first. The sellers use the event to train the birds to chirp or just to discuss about the technique of taking care of birds.

If you go around the market, you will see that many other animals than birds are sold here. Turning right from the birds block, you will come to a kiosk that sells snakes. The seller tells that the snakes were caught directly from its habitat. The snakes range from water snake to cobra and python. To look the animals in detail, please ask the sellers to take them out for you to inspect. In addition to snakes, the kiosk also sells various reptiles such as iguana and turtle. A small iguana is sold at 75,000 Rupiah and when it sells hundreds thousand when it is already big.

Walking westwards of the market, you will see many kiosks selling ornamental fish. The types and prices vary. Small fish that live in a colony is sold 1,000 each. Other ornamental fish are arwana and lou han sold at hundreds thousand. The kiosks also sell equipments for taking care of fish such as aquarium of various shapes, coral reefs, ornamental plants to be put in the aquarium and fish feeds. Some kiosks provide services for setting up sea fish cultivation.

Other animals than fish, bird, and snakes that are sold are dog, cat, civet, various kinds of chickens and rabbits with different fur colors. One kiosk sells hamster complete with its cage designed specifically in order to provide playground for it so that buyers will be able to see the behavior of the hamster that is similar to that of mice. In the middle of the market, many people sell crickets. Crickets are used as feeds for certain birds or by students to listen to its sound.

If you feel tired or hungry, just like other traditional markets do, Ngasem also provides you with traditional snacks. One of the special, traditional snacks is jenang gempol (round in shape, made from rice flour with rich flavor combined with coconut milk sauce and sweet palm sugar syrup) that is usually sold in front of the market. Other traditional snacks are getuk, lupis, thiwul, and gatot that all of which are made of cassava. Close to the bird kiosks, there are small dining places selling soto and nasi rames. For sure, the exploration to Ngasem Market will be enjoyable.



gambar dan tulisan semua diambil dari www.yogyes.com

1 komentar:

Endra Putra Raharja mengatakan...

"Thank you for nice information
Please visit our website unimuda and uhamka"